Dipercaya menjadi salah satu dari lima peserta Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI) pada tahun 2014 adalah sesuatu yang sangat berharga, karena dari jutaan pemuda hanya lima orang saja yang terpilih mengikuti program BSBI. Program ini merupakan program yang diadakan oleh Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) dengan tujuan untuk memperkuat hubungan diplomasi antara Indonesia dan Negara-negara lainnya seperti negara-negara ASEAN, Eropa, Asia Pasifik, Amerika, dan Inggris melalui seni budaya Indonesia.
3 hari sebelum pembukaan kegiatan, kami berlima yang berasal dari Sanggau (Kalbar), Pekanbaru (Riau), Manado (Sulut), Palu (Sulteng), dan Jayapura (Papua) lebih duluan tiba di Jakarta. Disitu kami saling berkenalan dan mengikuti pre-orientasi program di Kemlu RI. Kemudian kami menyambut peserta-peserta asing yang berasal dari berbagai negara yang langsung datang ke Jakarta disalah satu hotel yang ada di daerah Cikini. Total semua peserta adalah 70 orang, termasuk kami perwakilan dari Indonesia.
Selama seminggu masa orientasi di Jakarta, kami mendapat pengalaman yang luar biasa. Diawali pembukaan resmi di gedung Pancasila Kemlu RI yang dihadiri para Duta Besar dari berbagai negara, pengenalan budaya-budaya Indonesia, presentasi dari 5 sanggar yang ditunjuk oleh Kemlu RI, mengunjungi museum batik Indonesia, menjelajah nusantara di TMII, hingga menginap dua hari di Bogor sekaligus penutupan orientasi serta bounding dengan teman-teman baru lainnya juga merupakan hal yang tak terlupakan.
Sehari sebelum berangkat, kami dibagi menjadi 5 tim (11 orang setiap tim dari 11 negara). Tim saya sendiri berasal dari berbagai negara seperti Belanda, Thailand, Suriname, Kaledonia Baru, Tunisia, Kiribati, India, Bulgaria, Laos, Cina, dan Serbia. Mereka memiliki latar belakang yang luar biasa. Sebagian sudah bisa berbahasa Indonesia, bahkan berbahasa Jawa. Kami dipilih untuk tinggal di Surabaya dan mempelajari budaya Jawa Timur secara umum seperti tari, musik, dan membatik.
Satu bulan pertama merupakan hari-hari dimana kami saling mengenal satu sama lain, mengenal tim dari sanggar kami, Tydif Studio, mengexplore makanan-makanan khas Jawa Timur dan Surabaya, pergi ke tempat-tempat wisata dan sejarah, berlatih tari juga membatik. Hari-hari pertama ini tidak terlalu sulit bagi saya dan teman-teman lain untuk beradaptasi dengan budaya yang baru, lingkungan yang berbeda, budaya masyarakat lokal serta jadwal kegiatan yang bisa dibilang padat tapi tetap bisa dinikmati programnya secara keseluruhan. Walaupun Surabaya memiliki suhu yang lumayan panas, tapi bukan menjadi alasan bagi saya dan teman-teman untuk tidak menjalankan seluruh rangkaian kegiatan yang telah diatur oleh Tydif Studio. Sanggar kami, Tydif Studio ternyata adalah salah satu sanggar yang memilik banyak prestasi, baik prestasi lokal di Surabaya, tingkat provinsi Jawa Timur, nasional, bahkan seringkali mewakili Indonesia untuk kegiatan-kegiatan budaya di Luar Negeri, sungguh suatu kebanggaan menjadi bagian dari keluarga sanggar Tydif Studio.
Bulan kedua, merupakan saat-saat dimana hampir seluruh peserta BSBI, khususnya tim Surabaya merasakan home sick. Saya tidak terlalu begitu, karena saya dengan mudah dan kapan saja bisa menghubungi keluarga dan teman-teman di Kalimantan Barat, apalagi punya zona waktu yang sama. Tapi tidak dengan 11 teman-temanku lainnya, mereka harus online dengan wifi. Seketika bisa membawa mereka untuk berkomunikasi dengan kerabat dan keluarga dari negara asal, apalagi temanku yang berasal dari tanah Eropa, berbeda waktu yang lumayan jauh, mereka harus online ketika kami sudah tidur semua. Lagi-lagi, home sick ini juga bukan merupakan alasan bagi saya dan teman-teman bule untuk tidak latihan atau membatik.
Bulan ketiga, dimana ini adalah bulan terakhir kami, hari-hari yang dijalan terasa begitu cepat, hubungan kami seperti keluarga dekat, panasnya Surabaya sudah hal yang biasa, makanan-makanan khas Jawa Timur juga sangat enak dinikmati di lidah kami, banyak tempat-tempat hang out yang asik untuk nyantai sudah kami singgahi, tarian yang sudah kami pelajari semakin mantap, hasil batik kami sudah selesai. Kemudian kami diajak menginap di Pamekasan-Madura untuk belajar musik Madura selama seminggu penuh, Disana kami juga tak melewai untuk menikmati makanan khas Madura. Di Pamekasan, kami belajar musik di Sanggar Meong, tempat latihan yang sederhana dengan 2 orang anggotanya lulusan seni karawitan. Setelah seminggu di Madura, kami kembali ke Surabaya, menghadapi hari-hari yang sedih karena harus meninggalkan kota Surabaya, tempat tinggal kami, orang-orang sekitar, dan berarti kami juga harus siap untuk mempertunjukkan hasil selama 3 bulan ini.
Selama 3 bulan di Surabaya, banyak hal yang saya pribadi rasakan, manfaat yang begitu berharga, dan kesempatan yang sangat langka. Selain memahami budaya Indonesia, saya juga belajar bagaimana kita menghargai perbedaan seperti Bahasa, budaya, agama, bahkan cara pandang kita. Betapa bangganya kita sebagai orang Indonesia, yang memiliki banyak sekali seni dan budaya, apalagi wisata alam yang begitu mempesona. Hal berharga lainnya adalah, saya dapat menambah teman dari berbagai negara, bukan hanya yang ada didalam tim saya, tetapi juga dari tim lainnya seperti peserta yang mendapat daerah Bali, Bandung, Solo, Makassar, dan Yogyakarta. Tidak lupa juga saya sangat berterimakasih kepada Allah SWT atas berkat dan ridhonya telah memberikan nikmat untuk mengikuti kegiatan ini, juga kepada Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia atas kesempatan yang diberikan dengan adanya program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia yang luar biasa ini. Semoga program ini terus berkembang dan menjadi salah satu investasi bagi putra-putri Indonesia lainnya untuk terus mencintai budaya Indonesia, menambah jaringan yang luas dan bermanfaat. Salam BSBI! Salam Budaya!
No comments:
Post a Comment