Suatu tempat yang berada di ujung timur pulau Jawa, sekaligus daerah yang
pertama kali merasakan cahaya matahari terbit di antara daerah lainnya di tanah
jawa, adalah kabupaten Banyuwangi.
Jika dari Surabaya menuju Banyuwangi menggunakan travel (Bis), akan
membutuhkan waktu sekitar 7-8 jam perjalanan, karena jaraknya sekitar 300-an
KM. Sama halnya jika kita memulai perjalanan dari pulau Bali yang diakhiri
dengan menyeberang selat Bali dari pelabuhan Gilimanuk-Bali ke pelabuhan
Ketapang-Banyuwangi. Untuk penyeberangan, kita akan menggunakan kapal ferry
dengan waktu tempuh sekitar 45-60 menitan.
Tepat pada tanggal 09 Mei 2017 yang lalu, saya mendapat tugas dari suatu
instansi untuk mengunjungi kabupaten Banyuwangi, tugasnya apa, instansinya apa,
tak akan saya ceritakan detail disini, kalau mau tau, bisa kontak
langsung yak.. hahaha...
Slogan Pemkab Banyuwangi
Setiap kabupaten/kota di Indonesia hampir bisa dipastikan memiliki slogan
yang ditelurkan oleh para Bupati dan Walikotanya masing-masing. Selain slogan,
sebutan lainnya adalah semboyan dan motto. Di beberapa kegiatan yang terkait
dengan pemerintahan selama di Banyuwangi, saya sering mendengar MC memulai dengan kalimat
"Banyuwangi terus berbenah". Secara tidak sadar, kalimat itu terus
berulang disetiap kesempatan di awal MC membuka suatu acara.
Ketika browsing tentang slogan Banyuwangi, terdapat beberapa slogan atau
sebutan, diantaranya:
- Banyuwangi Bahagia (berakhlak, sejahtera, guyub, indah, dan aman) >> sumber wikipedia
- The Sunrise of Java, Majestic Banyuwangi >> slogan pariwisata
- Kota Gandrung >> Julukan
- Kota Pisang
- Lumbung Padi
- Kota Bahari
- Kota Petualangan
- Banyuwangi Ijo Royo-royo
- Bumi Blambangan
- Kota Osing
- Kota Santet
- Kota Kopi
- Kota Festival
- Kota Penyu
Nah, untuk nomor 4 s/d 14, kawan-kawan bisa baca lebih detail disini
Agenda Tahunan Banyuwangi
Ada yang menarik dari agenda tahunan Banyuwangi ini. Bupatinya, Abdullah
Azwar Anas, yang sekarang menjabat di periode kedua sebagai Bupati Banyuwangi
mengakui, pada saat pertama menjabat, hanya ada sekitar 20 event atau festival
dalam satu tahun. Kemudian terus berkembang hingga saat ini (tahun 2017), ada
72 festival yang diadakan setiap bulannya mulai dari Januari s/d Desember. Jadi
setiap bulan, minimal ada 2 atau 3 agenda yang dilaksanakan. Event atau
Festival itu bahkan tidak tanggung-tanggung, skala nasional bahkan
internasional juga ada dalam agenda tersebut.
Hal menarik lainnya, 72 festival itu tak ada satupun yang dianggarkan dari
APBD, dengan kata lain, 72 festival yang diadakan setiap tahunnya itu menyerap
0 % dari APBD. Ketika dijelaskan kembali oleh Bupatinya, pak Anas, panggilan
akrabnya, mengatakan, Pemda selalu berkordinasi dengan perusahaan-perusahaan
baik perusahaan lokal dan nasional yang berdomisili di Kabupaten Banyuwangi
untuk turut terlibat aktif dalam memberikan kontribusi kepada daerah melalui
penyelenggaraan festival tersebut, bahkan perusahaan-perusahaan jasa atau
barang juga dapat sekaligus mempromosikan produk-produknya.
72 festival itu juga tak lepas dari peran masyarakat itu sendiri. Ada
beberapa event yang memang dinas terkait menjadi leading sectornya, adapula
dari kelompok masyarakat/komunitas yang langsung menjadi organizernya.
Pak Anas mengatakan, ditahun pertama, banyak yang mengkritik dirinya,
"kok mengadakan festival mulu pak,?" mungkin begitu kira-kira
kalimatnya jika dituliskan. Namun, pak Anas dengan legowo tetap mempertahankan
dengan maksimal dan rendah hati mengembangkan festival tahunan di Banyuwangi
ini. Hingga kemudian, tanpa sadar, berbagai pihak pun merasakan buah yang
dihasilkan dari berbagai festival tersebut. Diantaranya hotel-hotel yang selalu
ramai oleh wisatawan lokal maupun mancanegara, travel yang disewa,
tempat-tempat kuliner, kios-kios atau toko souvenir, hingga ke petani,
pengrajin, dan sebagainya. Hal tersebut pastinya meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Banyuwangi.
Pelayanan Publik
Disisi pelayanan publik, pemerintah daerah kabupaten Banyuwangi terus
berbenah, pemkabnya terus mencoba untuk meningkatkan mutu pelayanan yang
efisien dan efektif. Dari tingkat desa hingga kabupaten. Dilingkungan
pemerintahan, pemkab Banyuwangi berusaha untuk menghubungkan perangkat desa,
kecamatan, hingga kabupaten melalui jaringan internet yang terkoneksi satu sama
lainnya. Hal ini dikatakan Bupati Banyuwangi untuk mempermudah pelayanan
publik. Misalnya, ada warga di desa yang ingin membuat surat keterangan yang
harus ditanda-tangani oleh Camatnya, maka warga tak perlu repot lagi pergi
jauh-jauh ke kecamatan, tinggal tunggu 1-2 jam di kantor desa surat keterangan
sudah jadi dan siap digunakan. Begitu juga hal lainnya.
Untuk itu, Bupati Banyuwangi, Abdullah Anas, berupaya terus mendorong
setiap desa bisa menguasai informasi teknologi dengan cara merekrut tenaga kontrak/staf dari lulusan IT atau komputer. Dengan begitu, setiap balai desa/kantor desa dapat terhubung dengan kantor kecamatan dan juga kabupaten.
Hal itu lah yang membuat pemkab Banyuwangi memiliki salah satu program unggulannya yaitu Smart Kampung.
Wakil Presiden Jusuf Kalla memberi apresiasi sistem pelayanan publik Banyuwangi
Smart Kampung
Kalau di kota ada istilah Smart City, maka di Banyuwangi menggagas program Smart Kampung, Pak Anas, mengatakan Smart Kampung ini merupakan program pengembangan desa terintegrasi yang memadukan antara pengguna TIK berbasis serat optik, kegiatan ekonomi produktif dan kreatif, peningkatan pendidikan dan kesehatan, serta upaya pengentasan kemiskinan.
Pak Anas menegaskan, sebuah desa atau kampung di Kabupaten Banyuwangi dapat menjadi Smart Kampung harus memenuhi 7 kriteria utama, antara lain:
- Pelayanan Publik
- Pemberdayaan Ekonomi
- Pelayanan Kesehatan
- Pengembangan Pendidikan dan Seni-Budaya
- Peningkatan Kapasitas SDM
- Integrasi Pengentasan Kemiskinan
- Melek Informasi Hukum
jadi, pemkab Banyuwangi memberikan ruang kepada masing-masing desa untuk bisa mengembangkan desanya masing-masing sesuai dengan cara tersendiri.
Baca disini : Kampung Anyar, Sebuah Kota di Dalam Desa
Baca disini : Kampung Anyar, Sebuah Kota di Dalam Desa
No comments:
Post a Comment