Monday, May 15, 2017

Banyuwangi Yang Menginspirasi


Sepatah Kata

Suatu tempat yang berada di ujung timur pulau Jawa, sekaligus daerah yang pertama kali merasakan cahaya matahari terbit di antara daerah lainnya di tanah jawa, adalah kabupaten Banyuwangi.

Jika dari Surabaya menuju Banyuwangi menggunakan travel (Bis), akan membutuhkan waktu sekitar 7-8 jam perjalanan, karena jaraknya sekitar 300-an KM. Sama halnya jika kita memulai perjalanan dari pulau Bali yang diakhiri dengan menyeberang selat Bali dari pelabuhan Gilimanuk-Bali ke pelabuhan Ketapang-Banyuwangi. Untuk penyeberangan, kita akan menggunakan kapal ferry dengan waktu tempuh sekitar 45-60 menitan.

Tepat pada tanggal 09 Mei 2017 yang lalu, saya mendapat tugas dari suatu instansi untuk mengunjungi kabupaten Banyuwangi, tugasnya apa, instansinya apa, tak  akan saya ceritakan detail disini, kalau mau tau, bisa kontak langsung yak.. hahaha...

Slogan Pemkab Banyuwangi

Setiap kabupaten/kota di Indonesia hampir bisa dipastikan memiliki slogan yang ditelurkan oleh para Bupati dan Walikotanya masing-masing. Selain slogan, sebutan lainnya adalah semboyan dan motto. Di beberapa kegiatan yang terkait dengan pemerintahan selama di Banyuwangi, saya sering mendengar MC memulai dengan kalimat "Banyuwangi terus berbenah". Secara tidak sadar, kalimat itu terus berulang disetiap kesempatan di awal MC membuka suatu acara.

Ketika browsing tentang slogan Banyuwangi, terdapat beberapa slogan atau sebutan, diantaranya:

  1. Banyuwangi Bahagia (berakhlak, sejahtera, guyub, indah, dan aman) >> sumber wikipedia
  2. The Sunrise of Java, Majestic Banyuwangi >> slogan pariwisata
  3. Kota Gandrung >> Julukan
  4. Kota Pisang
  5. Lumbung Padi
  6. Kota Bahari
  7. Kota Petualangan
  8. Banyuwangi Ijo Royo-royo
  9. Bumi Blambangan
  10. Kota Osing
  11. Kota Santet
  12. Kota Kopi
  13. Kota Festival
  14. Kota Penyu

Nah, untuk nomor 4 s/d 14, kawan-kawan bisa baca lebih detail disini

Agenda Tahunan Banyuwangi
Ada yang menarik dari agenda tahunan Banyuwangi ini. Bupatinya, Abdullah Azwar Anas, yang sekarang menjabat di periode kedua sebagai Bupati Banyuwangi mengakui, pada saat pertama menjabat, hanya ada sekitar 20 event atau festival dalam satu tahun. Kemudian terus berkembang hingga saat ini (tahun 2017), ada 72 festival yang diadakan setiap bulannya mulai dari Januari s/d Desember. Jadi setiap bulan, minimal ada 2 atau 3 agenda yang dilaksanakan. Event atau Festival itu bahkan tidak tanggung-tanggung, skala nasional bahkan internasional juga ada dalam agenda tersebut.

Hal menarik lainnya, 72 festival itu tak ada satupun yang dianggarkan dari APBD, dengan kata lain, 72 festival yang diadakan setiap tahunnya itu menyerap 0 % dari APBD. Ketika dijelaskan kembali oleh Bupatinya, pak Anas, panggilan akrabnya, mengatakan, Pemda selalu berkordinasi dengan perusahaan-perusahaan baik perusahaan lokal dan nasional yang berdomisili di Kabupaten Banyuwangi untuk turut terlibat aktif dalam memberikan kontribusi kepada daerah melalui penyelenggaraan festival tersebut, bahkan perusahaan-perusahaan jasa atau barang juga dapat sekaligus mempromosikan produk-produknya. 

72 festival itu juga tak lepas dari peran masyarakat itu sendiri. Ada beberapa event yang memang dinas terkait menjadi leading sectornya, adapula dari kelompok masyarakat/komunitas yang langsung menjadi organizernya.

Pak Anas mengatakan, ditahun pertama, banyak yang mengkritik dirinya, "kok mengadakan festival mulu pak,?" mungkin begitu kira-kira kalimatnya jika dituliskan. Namun, pak Anas dengan legowo tetap mempertahankan dengan maksimal dan rendah hati mengembangkan festival tahunan di Banyuwangi ini. Hingga kemudian, tanpa sadar, berbagai pihak pun merasakan buah yang dihasilkan dari berbagai festival tersebut. Diantaranya hotel-hotel yang selalu ramai oleh wisatawan lokal maupun mancanegara, travel yang disewa, tempat-tempat kuliner, kios-kios atau toko souvenir, hingga ke petani, pengrajin, dan sebagainya. Hal tersebut pastinya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Banyuwangi.

0 % APBD, namun bisa meningkatkan PAD.



Pelayanan Publik

Disisi pelayanan publik, pemerintah daerah kabupaten Banyuwangi terus berbenah, pemkabnya terus mencoba untuk meningkatkan mutu pelayanan yang efisien dan efektif. Dari tingkat desa hingga kabupaten. Dilingkungan pemerintahan, pemkab Banyuwangi berusaha untuk menghubungkan perangkat desa, kecamatan, hingga kabupaten melalui jaringan internet yang terkoneksi satu sama lainnya. Hal ini dikatakan Bupati Banyuwangi untuk mempermudah pelayanan publik. Misalnya, ada warga di desa yang ingin membuat surat keterangan yang harus ditanda-tangani oleh Camatnya, maka warga tak perlu repot lagi pergi jauh-jauh ke kecamatan, tinggal tunggu 1-2 jam di kantor desa surat keterangan sudah jadi dan siap digunakan. Begitu juga hal lainnya. 

Untuk itu, Bupati Banyuwangi, Abdullah Anas, berupaya terus mendorong setiap desa bisa menguasai informasi teknologi dengan cara merekrut tenaga kontrak/staf dari lulusan IT atau komputer. Dengan begitu, setiap balai desa/kantor desa dapat terhubung dengan kantor kecamatan dan juga kabupaten.

Hal itu lah yang membuat pemkab Banyuwangi memiliki salah satu program unggulannya yaitu Smart Kampung.


Wakil Presiden Jusuf Kalla memberi apresiasi sistem pelayanan publik Banyuwangi
Smart Kampung

Kalau di kota ada istilah Smart City, maka di Banyuwangi menggagas program Smart Kampung, Pak Anas, mengatakan Smart Kampung ini merupakan program pengembangan desa terintegrasi yang memadukan antara pengguna TIK berbasis serat optik, kegiatan ekonomi produktif dan kreatif, peningkatan pendidikan dan kesehatan, serta upaya pengentasan kemiskinan.

Pak Anas menegaskan, sebuah desa atau kampung di Kabupaten Banyuwangi dapat menjadi Smart Kampung harus memenuhi 7 kriteria utama, antara lain:
  1. Pelayanan Publik
  2. Pemberdayaan Ekonomi
  3. Pelayanan Kesehatan
  4. Pengembangan Pendidikan dan Seni-Budaya
  5. Peningkatan Kapasitas SDM
  6. Integrasi Pengentasan Kemiskinan
  7. Melek Informasi Hukum
jadi, pemkab Banyuwangi memberikan ruang kepada masing-masing desa untuk bisa mengembangkan desanya masing-masing sesuai dengan cara tersendiri.






Baca disini : Kampung Anyar, Sebuah Kota di Dalam Desa

No comments:

Post a Comment