Berwisata, hal itu lah yang menjadi tujuan
dari libur yang lumayan panjang oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia,
begitu pula dengan masyarakat di Kalimantan Barat. Terdapat beberapa pilihan
wisata di Kalimantan Barat yang dapat dipilih seperti pantai, kelenteng, dan
taman bunga di Singkawang, mendaki bukit Jamur di Bengkayang atau bukit Kelam
di Sintang, dan menikmati air terjun di kecamatan Kembayan, Sanggau. Namun,
saat ini ada satu lokasi yang juga dijadikan destinasi wisata lainnya, yaitu
Jembatan Tayan di Kecamatan Tayan Hilir Kabupaten Sanggau.
Ya, jembatan adalah satu salah infrastruktur
penghubung antara daratan yang satu dengan daratan yang lainnya. Jembatan Tayan
mulai dibangun pada September 2012 lalu dengan biaya dari berbagai sumber
seperti APBN, APBD Provinsi, dan pinjaman luar negeri dengan perbandingan 10%
dari Pemerintah dan 90% dari pinjaman Tiongkok. Saat ini proyek besar tersebut
telah selesai dikerjakan dalam waktu kurang lebih 3 tahun sesuai dengan kontrak
yang telah disepakati oleh pihak-pihak terkait.
Pekerjaan ini telah selesai dari beberapa
bulan yang lalu, namun hingga saat ini (9 Februari 2016) jembatan tersebut
belum dibuka untuk lalu lintas kendaraan umum karena menunggu rekomendasi dari
kementerian terkait dan menyesuaikan jadwal Presiden Joko Widodo sehingga jalur
utama masuk dan keluar jembatan dipagari serta dikunci dengan gembok.
Walaupun demikian, para wisatawan lokal tetap
mengunjungi jembatan yang di klaim menjadi jembatan terpanjang kedua di
Indonesia setelah jembatan Suramadu dengan panjang 1.440 meter ini. Wisatawan
yang datang pun berasal dari berbagai daerah sekitar.
Entis dan Eson, dua orang mahasiswa di salah
satu universitas di Pontianak ini mengaku menyempatkan diri untuk singgah
sembari istirahat dari Kabupaten Sintang menuju Kota Pontianak.
Pak Subaygo asal Kabupaten Sintang mengatakan
bahwa ia secara pribadi sangat bangga dengan adanya pembangunan jembatan Tayan
ini, sehingga dapat menjadi akses utama dalam pembangunan, perekonomian, dan
peluang-peluang lainnya bagi masyarakat. Pak Subagyo juga sengaja membawa serta
anak istrinya untuk melihat secara langsung jembatan Tayan ini karena rasa penasarannya
yang hanya mendengar kata orang dan berita di media online.
Karena sudah terlalu mainstream bagi Ibu Utin
untuk berlibur ke pantai, maka beliau mengajak suami dan anaknya dari Mempawah
langsung ke Tayan melewati Kota Pontianak. Ibu Utin beserta suami juga sangat
penasaran dengan jembatan Tayan yang mirip dengan jembatan The Coathanger di
kota Sydney, Australia. Bedanya, jembatan The Coathanger ini melintasi sungai
Parramatta, penghubung Sydney Utara dan Kota Kirribilli. Sedangkan Jembatan Tayan
melintasi sungai Kapuas, yaitu penghubung kecamatan Tayan dengan desa Piasak.
Ada juga rombongan ibu-ibu yang berasal dari
Kabupaten Landak menikmati hari libur tanpa berladang atau menoreh getah di
kebun, memilih santai bersama sambil bergosip dan saling membagi cerita di
tengah jembatan yang berwarna merah putih ini. Ibu-ibu mengaku ditengah
jembatan ini bisa menikmati angin segar dari Sungai Kapuas bahkan enggan pulang
ke rumah.
Beda ceritanya dengan seorang ibu asal Tayan,
persis tinggal dipinggiran jembatan yang membuka kios kecil makanan dan minuman
untuk di dagangkan. Ibu ini mengaku bahwa rejekinya bertambah semenjak
masyarakat berdatangan ke jembatan ini. “kalau bisa jangan di resmikan dulu
lah, dagangan banyak laku, tabungan bisa bertambah, untuk kebutuhan rumah
tangga juga lah” ujarnya.
Begitulah daya tarik tersendiri jembatan ini,
bukit dan pantai cukup menjadi wisata alam yang harus di jaga keasriannya.
Jembatan Tayan yang menjadi destinasi sementara wisata mata dan objek selfi ini
mudah-mudahan tetap membawa manfaat bagi masyarakat Kalimantan Barat, khususnya
kecamatan Tayan sebelum ataupun setelah peresmian nantinya.
Para pengunjung memarkirkan kendaraannya di sepanjang jalan menuju Jembatan Tayan
Pengunjung Mengabadikan Momen
Sebagian kendaraan Bermotor di parkir di tepi sungai
Sebagian Pedagang yang Membuka Lapak Dagangannya
Sebagian Masyarakat Memanfaatkan Perahunya Sebagai Transport Wisata Lokal
Untuk Menikmati Pemadangan Jembatan Tayan di Tengah Sungai. Harga Yang Dikenakan
Sekitar Rp 20.000,-/orang
Para pengunjung yang datang dari berbagai daerah di Kalimantan Barat mengantri
untuk masuk ke lokasi jembatan.
Karena jembatan ini belum diresmikan sehingga diberi pagar penghalang.
Jadi, resmikan secepatnya, ataukah tetap diundur peresmiannya? :D
No comments:
Post a Comment